Sunday, January 6, 2013

Geliat Mobil Listrik karya Anak Bangsa

Semangat pagi setengah siang sobat semua....

Beberapa hari ini tergelitik dengan kicauan berita tentang Tucuxi yang diawali dengan tekad membangun dan mengapresiasi karya anak bangsa,

Berlanjut dengan ramainya komentar tentang harga 1,5M dan bermodelkan sport dan high class. Memang dari desain luar biasa dan teknologinya spesial. Tak jadi masalah jika dipatok dengan harga tinggi dan alasan creator (cak Danet dkk) mengambil strategi seperti itu, selain sudah pengalaman di bidangnya dan ingin mengapresiasi karya anak bangsa.

Namun, mendengar kabar produk andalan tersebut mengalami kecelakaan saat di test drive Pak Dahlan Iskan, turut berduka atas apa yang terjadi, syukurnya tidak menelan korban jiwa, mungkin karena safety desain mobilnya, dan tentunya karena kehendak Allah :)

Berbicara soal Teknologi Mobil Listrik di Indonesia, kita tarik mundur ke belakang, kita OOT (Out of Topic) sambil bahas budaya Indonesia dan sisi teknis otomotif (sedikit) sejenak.
******************************

Saya masih ingat sangat, ketika jaman masih nak kanak :D sering diajak ama Abah bepergian berkunjung ke sanak saudara di seluruh pulau jawa, setiap ada sela liburan.. serunya naik mobil tempur alias Suzuki ST20 orisinil yang masih jamannya 2 Tak (2T).

Trus, hubungannya cerita saya dengan mobil listrik apa??

Nah, mendengar kabar Tucuxi kecelakaan di Turunan Saradan Magetan, memutar balik memori indah saya bersama mobil ST20 kesayangan, dalam perjuangan melewati tanjakan dan turunan Pacet, Saradan, dan Muria bersama keluarga saat itu..

Berbeda sekali ketika dapat kesempatan mengunjungi track yang sama menggunakan mobil Carry yang sudah 4 Tak (4T), tidak begitu kesulitan ketika menuruni lereng karena bantuan brake engine dan rem cakramnya :)
**************************

Back to topic...
Menurut pengalaman saya, kendaraan 4T punya sistem brake engine, sedangkan kendaraan listrik sama halnya dengan kendaraan 2T, tak memiliki brake engine :D (alias klo diturunkan persnelingnya, tetep aja ngaciiiiiiir)... Hal ini juga saya buktikan ketika saya berkesempatan test drive mobil listrik hasil riset BPPT atau LIPI ya? (saya lupa) ketika ada pameran HARTEKNAS 2011 di Serpong.

Kijang keluaran 94 itu masih terlihat orisinil dan standart dari luar, tapi ketika kita mengunjungi sisi belakang, terlihat tidak ada pipa keluaran (alias mulut knalpot) dan ditempel stiker "Hayo, cari mana gas buangnya?".

Saluran pengisian bahan bakar pun disulap menjadi soket listrik untuk charging battery. Masuk ke dalam mobil, untuk test drive, terlihat tambahan panel AmpMeter dan VoltMeter untuk monitoring kondisi "bahan bakar"nya.

Setelah menyalakan mesinnya, muluuuuuus, kayak mobil baru (alias tidak terdengar suara gerungan mesin). Uniknya, setelah oper persneling, tidak perlu memainkan kopling-gas. Lepas saja pedal koplingnya, lalu mainkan gas-rem seperti mobil matic :D

Tak diduga, mencoba tanjakan sekitar 40 derajat sejauh kira2 700meter tidak menjadi kendala bagi kijang listrik ini, walau tidak pakai landasan persiapan (ancang-ancang). bahkan saya mengajak teman2 ikut menumpang saat itu sekitar isi 5 orang.

Namun ketika menuruni track, oper persneling (brake engine) gak berhasil, alias bantuan handbrake yang saya pakai.

Jika dikaitkan dng kejadian Tucuxi, bisa jadi klo memang benar sistem pengeremannya sempat di utak atik, daya pengereman yang sudah di desain kurang sesuai.

Sedikit berbagi tentang press release dari Cak Danet selaku Tim Creator ASLI dari Mobil Listrik Tucuxi ini terkait kecelakaan di Saradan.

Pesan Moral dari saya, terlepas dari masalah itu semua, saya rasa :
Orang yang HEBAT bukan orang yang bisa menghasilkan sesuatu dan menjadi POPULER, tetapi adalah orang yang bisa TERUS BANGKIT dan BERKONTRIBUSI tanpa TERLARUT dalam kekecewaan MASA LALUnya #MotivaSyam

Semoga Indonesia segera memiliki Tim R&D yang terdiri dari LIPI, BPPT, dan pihak2 kompeten dan mengutamakan project bersama (bukan 'proyek' lhoo yaa)

Hiduplaaaah Indonesiaaaa Rayaaaaa ^___^

No comments:

Post a Comment